Banjir beberapa kali telah menyebabkan kemacetan lalu lintas di beberapa
ruas jalan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur dalam bulan ini.
Beberapa titik rawan banjir tersebut adalah Jalan DI Panjaitan, Simpang
Empat Vorfo, Kawasan Jalan Pemuda dan Remaja, Jalan Lambung Mangkurat
dan Jalan Pangeran Antasari. Bahkan di kawasan Sempaja akses jalan
terpaksa ditutup karena genangan air mencapai sekitar satu setengah
meter.
Yang cukup parah banjir pada bulan Maret lalu, terjadi di 8 kelurahan dalam 3 kecamatan di Kota Samarinda, yaitu Kec. Samarinda Utara (6 Kelurahan), Kec. Samarinda Ilir (1 kelurahan) dan Kec. Samarinda Ulu (1 kelurahan). Tak hanya menyebabkan kemacetan arus lalu lintas namun sarana kesehatan pun beberapa terendam dan tidak berfungsi, yaitu Puskesmas Remaja dan Puskesmas Bengkuring serta satu unit Puskesmas Pembantu.
Tak dilaporkan adanya korban jiwa atau luka- luka. Hanya beberapa warga di kawasan Sempaja tampak mengevakuasi keluarga dan barang- barangnya sementara menunggu banjir surut.
Satu jam hujan Samarinda banjir, seharian hujan maka tenggelamlah kota ini, demikian kelakar seorang pengguna motor yang menepi di pinggir jalan pada emperan toko. Komentar lainnya, Samarinda tak lagi Kota Tepian melainkan kota banjir. Wajar saja, menurut warga hampir dapat dipastikan setiap turun hujan akan terjadi banjir. Kondisi ini makin kerap terjadi sejak dua tahun terakhir ini.
Kalau banjir air masuk rumah, perabotan basah semua dan rusak, Kulit pun gatal- gatal, terang warga. Banjir juga menimbulkan kemacetan panjang di jalan raya. Sehingga menghambat aktivitas warga. Kasihan juga anak- anak sekolah, tutur warga.
Banjir dimana- mana, saya lihat saat ini pemerintah daerah justru rajin membangun jalan, dalam arti jalan yang ada ditinggikan, kata Yanti, mahasiswi, di lokasi banjir. Mestinya bukan dengan meninggikan jalan, melainkan memperbaiki saluran irigasi atau gorong- gorong. Untuk Samarinda yang rawan banjir, jalan yang tinggi akan mengamankan kendaraan dari banjir atau genangan air namun di sisi lain menenggelamkan rumah- rumah di sepanjang jalan tersebut.
Yang cukup parah banjir pada bulan Maret lalu, terjadi di 8 kelurahan dalam 3 kecamatan di Kota Samarinda, yaitu Kec. Samarinda Utara (6 Kelurahan), Kec. Samarinda Ilir (1 kelurahan) dan Kec. Samarinda Ulu (1 kelurahan). Tak hanya menyebabkan kemacetan arus lalu lintas namun sarana kesehatan pun beberapa terendam dan tidak berfungsi, yaitu Puskesmas Remaja dan Puskesmas Bengkuring serta satu unit Puskesmas Pembantu.
Tak dilaporkan adanya korban jiwa atau luka- luka. Hanya beberapa warga di kawasan Sempaja tampak mengevakuasi keluarga dan barang- barangnya sementara menunggu banjir surut.
Satu jam hujan Samarinda banjir, seharian hujan maka tenggelamlah kota ini, demikian kelakar seorang pengguna motor yang menepi di pinggir jalan pada emperan toko. Komentar lainnya, Samarinda tak lagi Kota Tepian melainkan kota banjir. Wajar saja, menurut warga hampir dapat dipastikan setiap turun hujan akan terjadi banjir. Kondisi ini makin kerap terjadi sejak dua tahun terakhir ini.
Kalau banjir air masuk rumah, perabotan basah semua dan rusak, Kulit pun gatal- gatal, terang warga. Banjir juga menimbulkan kemacetan panjang di jalan raya. Sehingga menghambat aktivitas warga. Kasihan juga anak- anak sekolah, tutur warga.
Banjir dimana- mana, saya lihat saat ini pemerintah daerah justru rajin membangun jalan, dalam arti jalan yang ada ditinggikan, kata Yanti, mahasiswi, di lokasi banjir. Mestinya bukan dengan meninggikan jalan, melainkan memperbaiki saluran irigasi atau gorong- gorong. Untuk Samarinda yang rawan banjir, jalan yang tinggi akan mengamankan kendaraan dari banjir atau genangan air namun di sisi lain menenggelamkan rumah- rumah di sepanjang jalan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar