Rabu, 15 Mei 2013
Samarinda, adakah Kereta yang Akan Lewat
Samarinda,Adakah kereta yang akan lewat?
Mimpi kali. Jangankan kereta api, jalan TOL yang sudah bertahun-tahun diomong-omongkan ternyata juga belum nonggol. Benar bahwa MOU pembangunan jalan atau rel kereta api telah diteken berkali-kali, mungkin juga sebagaian wilayah yang akan dilewati rel itu sudah mulai dibebaskan lahannya, tapi kereta apa itu tak akan lewat Samarinda untuk mengangkut penumpang. Jalan atau rel kereta yang dibangun adalah kereta pengangkut batubara sehingga hasil tambang kerukan dari bumi Kalimantan Timur itu nanti lebih cepat bisa diangkut ke luar daerah. Mengangkut batubara lewat sungai dengan ponton raksasa mungkin efektif namun akan membuang banyak waktu, karena siput jalannya lebih cepat dari ponton yang mengangkut batubara hingga puluhan ribu ton itu.
Dan ternyata bukan mimpi, dalam draft rancangan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Samarinda 2013 – 2033 pada pasal 16 menyebutkan bahwa akan ada kereta api dengan stasiun yang terintegrasi dengan Bandara Samarinda Baru di Sungai Siring. Jalur Kereta Api itu akan Kelurahan Sungai Siring – Kelurahan Tanah Merah – Kelurahan Lempake – Kelurahan Sempaja Utara – Kelurahan Bukit Pinang – Kelurahan Air Putih – Kelurahan Loa Bahu – Kelurahan Loa Bakung – Kelurahan Loa Buah – Jembatan Mahakam – Kelurahan Sengkotek – Kelurahan Tani Aman – Kelurahan Simpang Tiga.
Tapi sekali lagi itu baru rencana, jangan rel kereta apinya, yang namanya Bandara Samarinda Baru dari tahun ke tahun perkembangannya begitu-begitu saja, ibarat hidup segan mati tak mau. Pembangunan bandara yang akan membuat Samarinda sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Timur mempunyai Bandara yang representatif, mengantikan Bandara kecil yang terletak di tengah pemukiman padat. Selama ini Samarinda hanya mempunyai Bandara kecil yang dikenal dengan nama Bandara Temindung yang landasannya kerap tergenang kalau hujan lebat mengguyur.
Jadi sabar dulu, jangan beritahukan ke anak-anak kalau sebentar lagi mereka tak hanya bisa menyanyi ‘Naik kereta api ..tut..tut..tut’ melainkan juga menaiki ular besi itu menelusuri kota Samarinda. Biarkan saja mereka tetap menyanyi, walau kereta tak lagi berbunyi tut..tut..tut…. dan kalau mereka ingin menaikinya, tunggu liburan tiba dan ajak mereka pergi ke Surabaya, Jakarta, Semarang atau Yogya.
Hanya saja saya tak bisa membayangkan rel jenis kereta apa yang akan dibuat di Samarinda. Kalau membaca rencana itu maka rel akan melewati daerah yang padat penduduknya, belum lagi kontur kota Samarinda yang berbukit-bukit. Memang sebagian bukit sudah mulai menghilang karena tambang batubara atau pembangunan perumahan-perumahan, tapi tetap saja untuk membangun rel yang menjulur panjang di permukaan tanah jelas susah. Barangkali yang tepat adalah fly over, jalan kereta diatas permukaan tanah.
Keren, Samarinda bakal keren kalau punya jalan kereta api yang melayang diatas permukaan tanah. Sistem transportasi yang bakal menjawab salah satu kelemahan kota Samarinda yang tidak mempunyai moda angkutan massal yang menarik penduduk untuk memanfaatkannya. Selama ini angkutan kota dalam bentuk minibus terlihat merana, kurang penumpang atau hanya terisi penuh pada jam-jam tertentu saja.
Persoalannya untuk menjadi keren tentu saja butuh biaya yang sangat besar. Maka pertanyaannya siapa yang hendak membangun atau membiayai pembangunan jalan kereta api itu?. Pemerintah atau swasta?. Kalau pemerintah rasanya mustahil sebab harus menanggung beban pembiayaan yang maha besar. Jangankan membangun jalan kereta api fly over, memelihara jalanan yang ada saja sudah pontang-panting. Jalanan di kota Samarinda tak pernah beres, lubang disana-sini, genangan dimana-mana dan tak lama jalan yang mulus menjadi bergelombang sehingga membuat pengendara terasa berguncang-guncang apabila melewatinya.
Jadi meski sudah dimasukkan dalam draft RTRW Kota Samarinda, saya tak akan terlalu berharap bahwa jalan kereta itu akan terwujud di Kota Samarinda. Bukan karena saya tak percaya pada pemerintah atau penguasa kota, melainkan karena saya tak ingin kecewa, berharap terlalu tinggi namun tak terbukti pada akhirnya. Bukankah jamak yang namanya RTRW itu dilanggar sendiri oleh mereka yang diberi mandat untuk menyusun, menaati dan mengawal implementasinya.
Maka tinimbang bermimpi menaiki kereta api menyusuri Kota Samarinda,
Artikel dari @yustinus_esha di Kompasiana
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar